Panduan Komperehensif tentang Cyberbullying bagi Orang Tua
Pengenalan Cyberbullying
Teknologi digital tersebar luas dengan sangat cepat dalam masyarakat kita. Saat ini, sebagian besar individu selalu bepergian dengan membawa setidaknya satu perangkat. Teknologi memberikan banyak manfaat bagi manusia, antara lain akses ke informasi waktu nyata serta berkomunikasi dengan teman, keluarga maupun rekan bisnis. Teknologi juga berguna untuk aktivitas sehari-hari seperti informasi waktu perjalanan, geolokasi, dan cuaca. Tren ini akan terus berlanjut seiring dengan teknologi baru yang terus dikembangkan.
Menurut Pusat Penelitian PEW pada tahun 2015, 68% orang Amerika memiliki smartphone, dengan 45% memiliki tablet. Jumlah ini tidak diragukan lagi akan terus meningkat. 85% kaum ibu mengatakan bahwa mereka menggunakan teknologi untuk menyibukkan anak-anak. 83% rumah tangga di Amerika memiliki tablet sementara 77% memiliki smartphone. 86% dari mereka yang berusia 18-29 tahun memiliki smartphone. Banyak anak-anak dan remaja belum memiliki smartphone dan tablet, namun mereka memiliki akses ke komputer baik di rumah, di sekolah maupun di kafe internet. Perangkat teknologi akan tetap eksis, dan mereka bisa memberi efek positif maupun negatif tergantung bagaimana penggunaannya.
Sayangnya, keberadaan teknologi informasi yang berkelanjutan ini hadir dengan serangkaian kerugian. Salah satunya adalah kemunculan cyberbullying. Kemudahan akses 24/7 ke informasi digital menjadi tidak berfaedah ketika teknologi digunakan untuk melecehkan atau mendiskriminasikan seseorang. Keadaan bisa sangat buruk saat anak-anak terkena aksi penindasan sepanjang waktu, takut untuk menyalakan perangkat karena khawatir dengan kemungkinan yang akan mereka lihat. Peran orang tua adalah tetap waspada akan bahayanya paparan berlebihan terhadap jenis teknologi ini.
Apa itu Cyberbullying?
Cukup sulit memberikan definisi teknis apa yang dimaksud dengan penindasan di dunia maya (cyberbullying). Hal ini disebabkan karena fakta bahwa cyberbullying umumnya merupakan fenomena subjektif. Pelaku penindasan mungkin tidak sadar bahwa sebenarnya dia melakukan cyberbullying, dan bahkan berpikir itu suatu lelucon saja, dan mungkin si korban perasaannya lebih sensitif daripada yang lain. Cyberbullying, seperti halnya penindasan di dunia nyata, bisa sangat sulit dipahami dan diselesaikan.
Universitas Tulane telah memberikan definisi sederhana, menyatakan bahwa cyberbullying hanyalah sebuah bentuk penindasan yang terjadi di media digital. Media digital ini terutama mencakup forum media sosial dan layanan obrolan. Pelaku cyberbullying sering kali tidak diketahui atau anonim dan dapat dilakukan dalam kelompok maupun individual.
Penindasan di dunia nyata kini telah merambak ke dunia maya, dan ini lebih memudahkan si penindas untuk melancarkan aksinya. Hal yang paling mengkhawatirkan adalah anak seringkali tidak mendapat pertolongan di rumah maupun di tempat lain. Jika dia selalu membawa perangkat, maka kemungkinan tidak ada jalan keluar. Sesuatu yang dulunya hanya terjadi di tempat dia bermain atau belajar sekarang dapat terjadi di mana saja, kapan saja, berkat teknologi.
Saat ini, tidak ada ketentuan hukum yang mencegah cyberbullying. Tidak ada solusi dari tingkat pusat, namun sebagian besar negara bagian AS telah menambahkan pernyataan dalam hukum bullying yang sudah ada untuk memasukkan tindakan bullying secara digital. Kasus cyberbullying bisa sulit diatasi. Penindasan di dunia maya melibatkan dua orang yang masih sangat muda dan tidak tahu konsekuensi dari tindakan mereka. Maka dari itu, penyelesaian secara hukum biasanya sangat tidak pantas untuk diterapkan. Pihak sekolah lah yang bertanggung jawab untuk berusaha menyebarkan kesadaran akan cyberbullying dan sebisa mungkin mencegahnya. Media sosial dan situs-situs lainnya harus dibatasi di sekolah. Bila ada laporan cyberbullying, diharapkan sekolah melakukan penyelidikan menyeluruh dan menindaklanjuti. Dukungan harus diberikan kepada orang tua dan wali selama proses berlangsung.
Cyberbullying sangat lazim di kalangan anak-anak usia 9-14 tahun dan menurut Cyber Bully 411, 40% cyberbullying terjadi di layanan pesan instan, 29% terjadi di permainan online dan 30% terjadi di situs jejaring sosial. Dalam video game, cyberbullying biasanya tidak bersifat personal. Pengguna sering terlibat dalam kata-kata kasar jika mereka “dibunuh” oleh seseorang dalam permainan menembak atau jika pemain lain tidak mengikuti kaidah atau aturan yang diterima oleh pemain tertentu. Video game sering menimbulkan efek buruk pada kepribadian seseorang, menjadikan mereka lebih agresif, terutama pada permainan menembak. Aksi pelecehan umumnya dalam bentuk verbal melalui headset sehingga tidak ada catatan nyata untuk kejadian ini, dan si anak bahkan tidak mengenal orang tersebut. Penindas bisa berada di mana saja di dunia.
Tren dan Statistik Cyberbullying
Ada sejumlah statistik cyberbullying yang perlu diperhatikan, dan mereka adalah indikasi kuat bahwa penindasan di dunia maya bisa menjadi sebuah epidemi. Ini adalah masalah yang sangat serius dan bukan sesuatu yang bisa dianggap enteng, atau anak-anak akan “tertular”.
- 34% pelajar akan mengalami cyberbullying di sepanjang hidupnya.
- Perempuan berpeluang dua kali lebih besar menjadi korban cyberbullying.
- Korban cyberbullying memiliki risiko depresi lebih tinggi, bahkan dibanding dengan korban bullying di dunia nyata.
- Anak-anak berpeluang 7 kali lebih besar menjadi korban bullying oleh teman-temannya daripada oleh orang asing.
- Anak-anak yang di-bully juga 9 kali lebih mungkin menjadi korban penipuan identitas.
- 70% siswa melaporkan melihat tindak bullying berulang-ulang secara online.
Pelaku cyberbullying sebenarnya tidak menggunakan internet untuk mencari target, tetapi untuk menindas orang-orang yang sudah mereka bully di sekolah. Menurut studi Warwick, 99% pelajar akan di-bully sekalipun teknologi baru tidak ada, sehingga digitalisasi informasi hanya menambah satu persen saja. Jadi, sesungguhnya teknologi digital sendiri bukanlah sumber masalahnya. Tapi, membuat masalah yang sudah ada menjadi semakin buruk. Jika persoalan tersebut bisa diselesaikan di sekolah, maka itu tidak akan terjadi di rumah. Platform digital hanyalah alat untuk menjangkau target yang sudah ada. Statistik untuk remaja yang di-bully secara online dan secara tatap muka hampir sama. Menurut laporan Pusat Statistik Pendidikan AS (NCES) pada tahun 2017, alasan tindakan bullying paling umum yang dilaporkan oleh siswa adalah karena penampilan (27%), ras (10%), etnis (7%), jenis kelamin (7%), disabilitas (4%), agama (4%) dan orientasi seksual (3%).
Tren lain yang terus-menerus bermain sendiri adalah mereka yang menjadi target bullying biasanya gantian mem-bully lebih banyak orang. Kaum perempuan cenderung lebih banyak melaporkan sebagai korban cyberbullying. Umumnya penindasan di dunia maya terjadi ketika seseorang tampak berbeda. Konteks budaya di sekolah tertentu juga dapat mempengaruhi seorang anak di-bully atau tidak.
Umumnya, ada 4 jenis utama bullying yaitu social media, harassment, flaming, dan exclusion. Penindasan media sosial adalah semua bentuk bullying yang terjadi di platform media sosial, seperti Facebook atau Twitter. Harassment adalah ancaman, ujaran kebencian atau intimidasi berulang-ulang yang dapat terjadi melalui berbagai saluran, baik dalam kelompok maupun individu. Flaming adalah celaan dan penghinaan terhadap seseorang secara publik, sehingga orang lain dapat melihat, baik secara online maupun offline. Dan exclusion atau pengucilan adalah tindakan di mana individu diabaikan atau tidak diundang ke acara-acara sosial. Korban kemudian bisa menjadi bahan olokan teman-temannya tanpa sepengetahuan korban. Flaming adalah tindakan yang paling memalukan dan bisa yang paling lama dialami oleh seorang anak atau remaja. Namun pengucilan kemungkinan yang paling sulit untuk dibuktikan dan diatasi. Misalnya, seorang anak dicoret dari daftar teman atau tidak diundang ke acara tertentu, sebenarnya itu bukan suatu bentuk pelecehan bagi si anak, namun menyakitkan.
Di sisi lain, ketika penindasan di dunia maya semakin meningkat, terdapat catatan positif pada bullying secara fisik yang mengalami penurunan signifikan selama beberapa tahun. Kekerasan fisik merupakan bentuk bullying yang jauh lebih umum di dekade-dekade sebelumnya dan saat ini berkurang drastis. Menurut Biro Statistik Keadilan AS, tindakan kekerasan fisik pada remaja mencapai titik terendahnya sepanjang masa pada tahun 2014. Selain itu, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Dasar dan Menengah Massachusetts menemukan penurunan persentase bullying sebesar 22% di Massachusetts antara 2003 dan 2011. Kesulitan dalam mengatasi cyberbullying adalah karena peristiwanya paling sering terjadi di layanan pesan instan. Pesan-pesan ini dienkripsi dan bersifat pribadi, seperti Facebook Messenger, Whatsapp, Line, WeChat, dan Snapchat. Jadi tidak ada catatan nyata kecuali Anda secara langsung mengambil perangkat anak Anda, melihat pesannya, dan men-screenshot. Lain halnya dengan email yang merupakan komentar publik sehingga jauh lebih mudah dicatat.
Menurut Pusat Pengendalian Penyakit, 15% siswa SMA ditindas di dunia maya dan 20% ditindas di lingkungan sekolah. Menurut Pusat Penelitian Cyberbullying, persentase orang yang pernah mengalami cyberbullying pada tahap tertentu dalam kehidupan mereka meningkat hampir dua kali lipat sejak 2007 hingga 2016.
Cara Mencegah Cyberbullying
Cyberbullying menjadi masalah yang semakin mengkhawatirkan. Untungnya, persoalan ini telah menjadi perhatian publik dan ada sejumlah langkah yang dapat diambil untuk mencegah kejadian tersebut.
Peran orang tua adalah mengenali emosi dan pikiran anak/ remaja, serta memperhatikan apakah anak depresi atau bertingkah aneh. Jika anak mau berterus terang bahwa mereka sedang ditindas di dunia maya maupun di sekolah, maka Anda cukup beruntung. Mayoritas remaja dan anak-anak tidak pernah mengaku kepada orang tuanya, dan statistik menunjukkan jika mereka memberi tahu seseorang, itu lebih cenderung kepada sahabat atau saudara kandung. Laki-laki lebih jarang bercerita kepada siapa pun ketika mereka ditindas. Mungkin ada banyak alasan mengapa mereka bersikap seolah-olah itu bukanlah suatu cyberbullying. Langkah pertama yang harus selalu dilakukan adalah mengidentifikasi masalah. Semakin awal tindakan penindasan teridentifikasi dan terpantau, maka semakin baik. Anda mungkin harus bertanya kepada anak apakah mereka ditindas. Atau Anda dapat bertanya kepada guru yang juga bertanggung jawab untuk melaporkan kejadian ini di sekolah, di mana tindakan tersebut berasal.
Tergantung pada usia anak atau remaja, tindakan pencegahan terbaik yang bisa diterapkan adalah membatasi sebanyak mungkin penggunaan teknologi. Semakin banyak bukti-bukti yang menunjukkan bahwa anak berusia kurang dari 7 tahun seharusnya tidak memiliki terlalu banyak akses ke perangkat teknologi apa pun. Faktanya perangkat meningkatkan peluang cyberbullying, dan dunia maya bukanlah tempat yang siap bagi anak. Selain itu, pemakaian perangkat teknologi dalam jangka waktu yang lama pada anak-anak dan remaja memiliki dampak merugikan bagi kesehatan. Karena kemajuan teknologi semakin meningkat dan kemunculan perangkat digital semakin beragam, tidak ada penelitian longitudinal yang dilakukan untuk mengetahui konsekuensi yang ditimbulkan akibat paparan terus-menerus terhadap smartphone, WiFi, iPad, dan jenis teknologi lainnya. Penggunaan perangkat semacam itu harus dibatasi secara besar-besaran terutama pada anak-anak.
Sebuah alternatif untuk membatasi pemakaian perangkat secara langsung adalah dengan membatasi situs-situs yang boleh dilihat oleh anak. Anda dapat melakukan ini sesuai penyedia layanan internet Anda, artinya semua perangkat yang menggunakan internet rumah Anda harus mengikuti aturannya terkait dengan situs apa saja yang dibatasi. Cara ini mirip dengan yang diterapkan di suatu perusahaan. Perusahaan memiliki daftar situs yang diizinkan untuk diakses dan aturan terkait dengan pengunduhan file dan aplikasi tertentu. Jika Anda membeli smartphone untuk anak Anda, ada sejumlah aplikasi kontrol bagi orang tua yang dapat diunduh di ponsel. Keepers adalah aplikasi yang memberi tahu orang tua tentang pesan mencurigakan atau berbahaya dan juga termasuk perangkat pelacak untuk menunjukkan lokasi anak. Sebenarnya mengontrol anak supaya hanya bisa mengakses situs-situs tertentu sangat mudah dilakukan. Ada beberapa pembatasan secara teknis untuk melakukan ini. Kontrol-kontrol tersebut termasuk:
- Menggunakan kontrol orang tua di konsol video game. Para pemain seringkali saling berbicara dan mengirim pesan di video game. Atur akun anak Anda, batasi siapa yang dapat mereka ajak bicara dan pantau konten game yang dimainkan.
- Mengetahui dengan detail setiap kontrol orang tua dari semua situs media sosial, termasuk Twitter, Facebook, dan Instagram.
- Mengajari anak-anak Anda tentang kontrol ini. Memberitahu anak bahwa memblokir orang lain di situs media sosial, konsol video game dan bahkan panggilan telepon sangat mudah dilakukan. Jika anak Anda merasa ditindas di internet, sarankan agar dia memblokir orang tersebut. Alamat email juga bisa diblokir.
- Jika seseorang meretas akun anak Anda dan berpura-pura menjadi mereka di dunia maya, Anda dapat mengubah kata sandi atau menghubungi situs yang bersangkutan dan melaporkan tindakan tersebut. Sebagian besar situs populer sangat membantu ketika ada masalah keamanan.
Disamping cyberbullying, sebaiknya Anda juga membuat panduan umum mengenai penggunaan teknologi yang perlu diikuti oleh anak. Panduan ini dapat mencakup informasi tentang cara menyimpan kata sandi, berhati-hati dengan siapa saja yang dihubungi, menolak menerima permintaan pertemanan dari orang asing, tidak menggunakan ponsel saat larut malam, tidak memakai ponsel saat mengemudi atau saat melakukan tugas lain dan tidak memberikan alamat email, tanggal lahir atau nama baik secara online maupun offline. Alangkah bagusnya jika Anda juga memberi contoh kepada anak. Hal ini karena mereka sering mengambil teladan dari orang tuanya. Kebiasaan dan contoh ini dapat terus melekat pada diri mereka di sepanjang hidupnya, jadi ikutilah praktik-praktik terbaik sejak dini untuk mencegah kejadian apa pun.
Salah satu cara terbaik untuk menjamin perlindungan di dunia maya bagi anak-anak atau remaja adalah dengan Virtual Private Network (VPN) yang berkualitas tinggi. Pemasangan VPN sangat mudah dilakukan dan biayanya pun cukup murah. VPN bertugas untuk mengenkripsi lalu lintas jaringan, sehingga peretas tidak dapat memata-matai anak ketika mereka sedang online. VPN juga akan menyembunyikan informasi dari ISP sehingga data mereka tidak diambil dan dijual untuk tujuan komersial, dan juga menyembunyikan informasi dari situs-situs yang mencoba mengumpulkan data pada semua aktivitas online. Saat ini tersedia beragam pilihan VPN bagi pelanggan dan semuanya memiliki pengaturan yang dapat dikonfigurasi untuk perlindungan maksimal. Mengajarkan anak cara menggunakan VPN adalah salah satu hal terbaik yang bisa mereka pelajari dan terapkan untuk menjaga keamanan siber dan merupakan teknologi yang akan membantu mereka selama bertahun-tahun mendatang. VPN telah diakui oleh pakar keamanan sebagai salah satu teknik terbaik dalam hal perlindungan privasi saat berinternet dan anonimitas. VPN yang bagus termasuk IPVanish, ExpressVPN, NordVPN dan banyak lagi.
Apa yang Harus Dilakukan jika Anak Anda Ditindas di Dunia Maya
Berikut ini adalah panduan bagi orang tua yang ingin menjamin keselamatan anak mereka dari cyberbullying. Jika penindasan di dunia maya telah terjadi, maka tindakan pencegahan tidak terlalu efektif. Namun tentu saja, menyita perangkat atau menghapus akses ke situs-situs media sosial di mana pelecehan dilakukan masih merupakan ide yang baik. Langkah-langkah ini masih bisa dijalankan.
Tetapi ketika cyberbullying sedang berlangsung, langkah pertama tentu saja berbicara dengan anak untuk memastikan kondisi mental, emosional dan fisik mereka baik-baik saja. Ada beragam cara, salah satunya mengajak anak makan di luar atau ke tempat-tempat yang menyenangkan. Mereka lebih cenderung terbuka dengan langkah ini, dan memperoleh akses ke bentuk cyberbullying itu sendiri merupakan hal penting. Anda juga bisa menyarankan supaya anak berani membela diri jika situasinya berlanjut. Dan yang paling penting, beri tahu mereka agar merasa bebas untuk melaporkan kejadian cyberbullying. Dalam beberapa kasus, meliburkan anak dari sekolah untuk sementara waktu juga merupakan gagasan yang bagus. Bullying dan cyberbullying adalah situasi yang sangat individual; dan orang tua bersama dengan anak-anak dan guru, harus bekerja sama untuk menemukan penyelesaian yang paling tepat.
Setelah mengumpulkan sebanyak mungkin informasi, sebaiknya Anda berbicara kepada guru di sekolah untuk memahami situasinya dengan lebih baik. Jika memungkinkan, Anda juga bisa berbicara kepada orang tua anak yang terlibat dan datang untuk berdamai. Ini adalah langkah yang sangat penting, karena orang tua penindas harus tahu apa yang dilakukan anak mereka. Cara ini jauh lebih efektif karena orang tua penindas dapat mencegah anak mereka mengakses teknologi digital, sehingga si anak tidak bisa meneruskan aksinya. Jika guru dan/atau orang tua tidak kooperatif dalam menyelesaikan masalah, maka alternatifnya adalah pindah sekolah.
Selain itu, penindas dapat dengan mudah dihapus dari pertemanan atau kontak di situs media sosial, dan semua situs menyediakan opsi untuk memblokir kontak, termasuk penyedia email. Jika Anda tidak memperoleh bantuan dari guru maupun orang tua dalam menyelesaikan masalah, maka hanya itu yang bisa Anda lakukan. Sekolah merupakan tempat cyberbullying berasal. Ada beberapa kejadian di sekolah yang bisa membahayakan kesejahteraan anak seperti cyberbullying, dan memang pindah jauh lebih baik daripada membiarkan situasinya terus berlanjut.
Ada beberapa informasi tentang bullying yang dapat Anda bagikan kepada anak. Hal pertama adalah memberi tahu mereka bahwa penindasan merupakan hal yang lumrah terjadi dan dapat serta pernah menimpa siapa pun juga. Kuatkan anak Anda dan jelaskan bahwa itu bukan kesalahan mereka. Katakan bahwa banyak cara yang bisa dilakukan untuk membantu mereka jika mereka mau. Penelitian menunjukkan bahwa bila si anak yakin sumber kesalahan ada pada dirinya, di mana kasus seperti inilah yang lebih sering terjadi, maka anak kemungkinan akan merasa harga dirinya semakin rendah bahkan tenggelam. Penting juga untuk bersikap setransparan mungkin kepada anak. Jika Anda mengatur pertemuan dengan pihak sekolah dan anak Anda mengetahuinya, itu bisa menyebabkan anak semakin membatasi diri dan tertutup.
Korban mengatakan bahwa hal yang paling membantu adalah ketika mereka didengarkan oleh orang lain. Emosi terpendam mereka yang dapat memicu depresi dan perasaan sangat tidak bahagia bisa dilepaskan. Beri semangat anak Anda dengan mengatakan bahwa peristiwa ini adalah sebuah pelajaran baginya yang bisa membuat dia menjadi pribadi lebih kuat dan tegar dari sebelumnya.
Ingatlah untuk sebisa mungkin menyimpan dan mendokumentasikan semua bukti. Inilah keuntungan yang dimiliki cyberbullying dibanding bullying secara fisik, dan bukti tersebut dapat ditunjukkan kepada guru dan orang tua. Dua anak kemungkinan akan memberi keterangan yang sangat berbeda, dan bisa sulit sekali untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Ambil screenshot dengan ponsel atau perangkat lain Anda dan simpan semua data ke dalam folder yang aman. Langkah ini mirip dengan yang dilakukan polisi saat mengumpulkan informasi atas tuduhan memberatkan. Namun harus diingat bahwa tujuan ini semua bukan untuk mendapatkan “keadilan” dengan membuat anak lain “dihukum”. Ini lebih tentang penyelesaian konflik daripada menjatuhkan hukuman bagi “pelaku”.
Meskipun tampaknya ide yang bagus, namun memblokir semua akun dan menyita ponsel untuk mencegah cyberbullying bukanlah solusi yang benar-benar tepat. Pertama, itu hukuman yang cukup berat bagi anak dan remaja, apalagi faktanya mereka tidak melakukan kesalahan apa pun. Mereka kemudian akan bertanya-tanya mengapa dihukum jika tidak bersalah, dan itu hanya akan membuat mereka membangkang. Selain itu, hampir tidak mungkin cara ini berfungsi, mengingat teknologi digital tersebar di mana-mana. Dan ketiga, ketika salah satu situs media sosial diblokir, mereka akan dengan mudah berpindah ke yang lain. Persoalan inti itu sendirilah yang harus ditangani. Masalah tidak akan hilang begitu saja jika diabaikan, dan ini bukanlah langkah yang baik untuk diterapkan pada anak-anak dan remaja.
Terlebih lagi, terburu-buru dalam mengambil tindakan tidak akan membuahkan hasil yang baik. Karena mungkin saja “penindas” yang mengirim komentar sebenarnya adalah korban yang membalas aksi bullying fisik di sekolah. Alangkah baiknya jika Anda selalu bersikap terbuka dan transparan, mengumpulkan orang tua, guru, dan kedua anak untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang duduk permasalahannya.
Pertemuan tersebut juga dapat membantu untuk menemukan beberapa solusi yang menurut penelitian diketahui paling efektif dalam mencegah dan menghentikan bullying dan cyberbullying. Dalam salah satu statistik studi tersebut menunjukkan bahwa 57% cyberbullying benar-benar berhenti ketika teman melakukan intervensi. Jadi sebagai langkah pencegahan, ada baiknya Anda memastikan anak memiliki jaringan pertemanan yang dapat diandalkan. Dalam banyak kasus, mem-bully seorang anak tertentu bagaikan sebuah adat, yang mana bila anak-anak menolak untuk ikut serta dalam aksi kelompoknya, mereka takut dikucilkan atau dikeluarkan dari kelompok. Tetapi yang dibutuhkan hanyalah satu teman untuk memutuskan siklus ini dan menunjukkan kepada yang lain bahwa bullying itu tidak keren. Anak yang di-bully memandang bahwa sikap teman tersebut jauh lebih membantu dibanding intervensi dari guru atau orang dewasa dan bahkan tindakannya sendiri dalam memperbaiki situasi. Jika teman mendengarkan korban, membantu mereka keluar dari masalah, berbicara kepada mereka, menghabiskan waktu bersama mereka, mengalihkan perhatian mereka, memberitahu orang dewasa atau meminta pelaku untuk berhenti, di mata korban sikap itu dianggap sangat berharga. Semua penelitian menunjukkan bahwa efek bullying yang paling buruk adalah korban merasa sendirian di dunia ini. Segala jenis tindakan yang dilakukan teman kepada korban bisa sangat membantu menghapus perasaan itu. Tindakan yang bertujuan untuk mengubah perilaku penindas dinilai kurang efektif dibanding intervensi dari teman atau orang dewasa.
Bersamaan dengan intervensi dari teman, yang mana bisa sangat sulit dilakukan dalam menghadapi bullying, sistem pencegahan berbasis sekolah dapat mengurangi bullying hingga 20-23%. Jadi jika sekolah Anda tidak memiliki sistem tersebut, suarakan kekhawatiran Anda dan tuntutlah agar sistem semacam itu dibuat. Jika Anda yakin konsekuensi serius yang ditimbulkan akibat cyberbullying atau bullying, tersedia sejumlah layanan untuk anak-anak dan remaja dalam bentuk pusat bantuan dan konseling.
Dampak Bullying
Bullying dan cyberbullying terbukti memiliki sejumlah efek buruk bagi kesehatan emosional dan mental individu bersangkutan. Mereka yang terkena aksi bullying akan memiliki prestasi lebih rendah di sekolah, mengalami kecemasan, kesulitan tidur dan depresi. Risiko terjadi gangguan mental dan perilaku lebih tinggi serta berdampak buruk pada self esteem dan penerimaan diri anak. Korban cenderung tertutup dalam hubungan sosial. Dampak negatif terhadap kesehatan dua kali lebih besar. Terdapat bukti dan hubungan signifikan antara menjadi korban bullying dan gangguan psikosomatis. Bahkan ada bukti menarik yang menyatakan bahwa mengamati bullying ternyata berdampak negatif pada kesehatan pengamat.
Kelompok Rentan
Seperti telah disebutkan, korban umumnya adalah orang-orang yang dianggap berbeda. Meskipun bullying utamanya menimpa individual, namun ada kelompok tertentu yang lebih rentan ditindas dibanding kelompok lainnya. Salah satu kelompok yang saat ini menonjol adalah komunitas LGBT, yang mana dua kali lebih mungkin ditindas. Kelompok lain yang juga berisiko adalah orang-orang muda dengan kebutuhan khusus atau ketidakmampuan belajar. Orang tua disarankan untuk lebih waspada jika anak-anak mereka termasuk dalam salah satu kategori tersebut, dan mengambil tindakan ekstra untuk mencegah cyberbullying serta mendorong anak untuk berinteraksi sosial dengan anak-anak lain. Meskipun kelompok ini lebih rentan, penindasan di dunia maya dapat terjadi tanpa memandang kepribadian individu. Orang yang pemalu, orang yang percaya diri, pemenang kontes kecantikan, selebriti, orang gemuk, orang kurus, semuanya bisa menjadi korban cyberbullying.
Perlu diketahui bahwa bullying tidak terbatas pada anak-anak dan remaja saja. Sebuah survei tahun 2014 di AS menjelaskan bagaimana 27% pekerja Amerika dilaporkan menjadi korban penindasan di tempat kerja, meskipun orang dewasa cenderung tidak di-bully secara online setelahnya, karena berbagai alasan.
Panduan Cyberbullying untuk Orang Tua – Ringkasan Pencegahan
Berikut ini adalah langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk meminimalisir cyberbullying.
- Untuk anak-anak, batasi akses ke segala jenis perangkat teknologi selama mungkin. Perangkat tersebut dapat menimbulkan dampak buruk pada kesehatan yang umumnya tidak diketahui.
- Pasang kontrol orang tua di semua perangkat dan atur waktu kapan perangkat bisa digunakan. Perhatikan apa yang dimainkan dan dilakukan anak-anak di video game. Situs dewasa harus diblokir di jaringan internet rumah Anda.
- Pastikan anak Anda memiliki jaringan pertemanan yang bisa diandalkan dan ikatan sosial yang kuat. Ini bisa didapatkan melalui perkumpulan bermain, kegiatan olahraga atau segala jenis aktivitas. Teman-teman yang solid bisa menjadi salah satu alat paling efektif dalam mencegah penindasan di dunia maya karena akan mengurangi persepsi anak tentang diri mereka sebagai individu berbeda melalui keikutsertaannya dalam kegiatan di mana setiap orang memiliki peran sama. Jaringan pertemanan akan meningkatkan pencegahan bullying penyebab cyberbullying. Ini juga akan meningkatkan peluang intervensi dari teman dalam kasus bullying secara online maupun offline, sebagaimana telah dibuktikan oleh sebagian besar penelitian.
- Bertanya kepada pihak sekolah apa jenis pencegahan bullying dan cyberbullying yang diterapkan. Jika tidak ada, tanyakan alasannya.
Panduan Cyberbullying untuk Orang Tua – Ringkasan
Jika anak Anda sedang di-bully, maka Anda dapat mengikuti langkah berikut.
- Bicaralah kepada anak dan beri mereka perhatian ekstra. Beri tahu bahwa mereka tidak melakukan kesalahan apa pun.
- Dengarkan anak Anda untuk memahami situasinya. Cara ini dirasa sebagai hal paling membantu bagi anak-anak dan remaja. Semakin banyak orang yang bisa mereka ajak bicara, semakin baik.
- Kumpulkan informasi sebanyak mungkin dan kemudian sampaikan kepada guru beserta orang tua. Jangan bertindak terburu-buru, coba pahami situasinya dengan lebih baik. Setelah situasinya terpantau, besar kemungkinan akan terselesaikan.
- Berikan waktu beberapa minggu untuk menyelesaikannya. Dalam kasus yang jarang, guru dan orang tua tidak bersedia membantu. Jika ini terjadi, pilihan satu-satunya mungkin memindahkan anak ke sekolah lain yang memiliki pendekatan lebih ramah dan proaktif terhadap masalah bullying. Ada hal-hal yang sama beracunnya dengan bullying terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak atau remaja.
Solusi Cyberbullying
Di dunia di mana teknologi digital menjadi semakin umum digunakan, orang tua dan wali memiliki tanggung jawab lebih untuk memberi perhatian ekstra terhadap bahaya yang bisa ditimbulkan. Artinya bersikap proaktif dan membatasi akses ke berbagai perangkat serta memasukkan kontrol orang tua yang ketat di semua teknologi, tergantung pada usia dan kepribadian anak. Akses dapat dan harus dibatasi, dengan jangka waktu yang ditetapkan dan dipantau apa saja yang dilihat dan tidak dilihat. Jangan merasa santai dan membiarkan anak-anak menjalani hidupnya di dunia maya hanya karena teknologi ada di mana-mana, Anda harus waspada.
Namun, pendekatan terbaik tetaplah secara tatap muka dan melibatkan kerja sama antara orang tua dari pelaku penindasan dan yang ditindas, dengan sekolah bertindak sebagai penengah. Ikatan sosial yang kuat juga merupakan hal paling penting dalam setiap komunitas dan dalam susunan mental dan emosional masing-masing individu dalam komunitas ini.
Berikan komentar
Batal