Manfaat Terapeutik dari Video Game dalam Pasien dengan Skizofrenia

Everton, from Goodfon.com

Manfaat Terapeutik dari Video Game dalam Pasien dengan Skizofrenia

Waktu baca: 3 Mnt

  • Kiara Fabbri

    Ditulis oleh: Kiara Fabbri Jurnalis Multimedia

  • Tim Pelokalan & Penerjemahan

    Diterjemahkan oleh Tim Pelokalan & Penerjemahan Layanan Pelokalan & Penerjemahan

Dalam sebuah makalah penelitian yang baru-baru ini dipublikasikan oleh University Medical Center Humburg-Eppendorf di Jerman, dilaporkan bahwa pelatihan video game dapat meningkatkan fungsi kognitif dan plastisitas neuronal pada pasien dengan skizofrenia.

Tim peneliti, yang dipimpin oleh Maxi Becker, menyelidiki hal ini dengan merekrut 95 pasien dengan skizofrenia dan membandingkan mereka dengan grup kontrol sehat sebanyak 82 orang. Peserta dibagi secara acak menjadi tiga kelompok: bermain video game 3D (Super Mario 64), video game 2D (New Super Mario Bros), atau membaca ebook (grup kontrol aktif dengan pilihan 13 buku). Semua orang berpartisipasi dalam kegiatan yang ditugaskan selama 30 menit setiap hari selama delapan minggu.

Sebelum dan setelah periode delapan minggu, para peneliti menilai fungsi kognitif dan kesehatan mental peserta. Mereka juga menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) untuk mengukur perubahan dalam konektivitas otak.

Hasil keseluruhan cukup menjanjikan. Baik grup permainan video 2D maupun 3D menunjukkan peningkatan signifikan dalam perhatian berkelanjutan dibandingkan dengan grup kontrol.

Perbaikan ini berkorelasi dengan peningkatan konektivitas fungsional antara hippocampus dan korteks prefrontal (HC-PFC), area otak yang penting untuk perhatian dan fungsi eksekutif. Hasil ini sangat relevan karena gangguan konektivitas HC-PFC telah secara konsisten dikaitkan dengan gangguan kognitif pada skizofrenia.

Yang patut dicatat, penelitian ini juga melaporkan peningkatan dalam gejala negatif dan psikopatologi umum, seperti yang diukur oleh skala PANSS, yang mencakup faktor-faktor seperti depresi, kecemasan, dan gangguan dalam kemauan, di antara lainnya. Pasien juga melaporkan merasa adanya peningkatan pemulihan kesehatan mental dibandingkan dengan grup kontrol.

Meskipun mekanisme pasti dari efek ini tidak jelas, para peneliti menyarankan ini mungkin disebabkan oleh tuntutan keseluruhan dari video game. Ini mencakup interaksi yang berkelanjutan dan berorientasi pada tujuan, insentif dan elemen gamifikasi, serta aspek penghargaan yang berpotensi bisa meningkatkan level dopamin di otak. Perlu dicatat, kekurangan dopamin di korteks prefrontal diduga berhubungan dengan gejala negatif pada skizofrenia.

Lebih lanjut, para peneliti mengakui bahwa efek intervensi video game tidak berbeda secara signifikan antara kondisi 2D dan 3D, yang menunjukkan bahwa jenis game tertentu mungkin kurang penting dibandingkan dengan keterlibatan kognitif umum yang disediakannya.
Meskipun hasil penelitian ini menjanjikan, para penulis mengakui beberapa keterbatasan. Misalnya, ukuran sampel, yang dikurangi karena adanya peserta yang berhenti, terutama di antara pasien dengan gejala yang lebih berat. Ini menunjukkan bahwa studi masa depan mungkin mendapatkan keuntungan dari fokus pada pasien yang lebih stabil atau bahkan mencakup individu berisiko tinggi.

Selain itu, efek yang diamati cukup moderat, menunjukkan bahwa video game harus dilihat sebagai perawatan pelengkap bersamaan dengan pengobatan dan terapi, bukan solusi mandiri. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk benar-benar memahami mekanisme yang berperan dan mengeksplorasi manfaat potensial untuk populasi yang lebih luas.

Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan bukti awal bahwa pelatihan video game dapat menjadi intervensi yang bermanfaat untuk skizofrenia. Ini menawarkan alat yang murah, menarik, dan berpotensi efektif untuk meningkatkan fungsi kognitif, mengurangi gejala, dan mempromosikan pemulihan kesehatan mental pada pasien dengan skizofrenia. Riset di masa depan dapat lebih jauh mengeksplorasi potensinya dan menyempurnakan penggunaannya untuk gangguan mental yang kompleks ini.

Anda suka artikel ini? Beri Rating!
Saya sangat tidak menyukainya Saya tidak begitu menyukainya Okelah Cukup bagus! Suka sekali!
5.00 Rating dari 3 pengguna
Judul
Komentar
Terima kasih atas feedback Anda
Please wait 5 minutes before posting another comment.
Comment sent for approval.

Berikan komentar

Tampilkan selengkapnya...