
Image by Lance Grandahl, from Unsplash
Perangkat AI yang Dapat Dipakai Membantu Korban Stroke Menghindari Jatuh Saat Rehabilitasi
Para peneliti dari Universitas Simon Fraser sedang mengembangkan perangkat pintar yang dapat dipakai dan ditenagai oleh kecerdasan buatan untuk mencegah jatuh pada orang-orang yang sedang pulih dari stroke dan cedera sumsum tulang belakang.
Dalam perjalanan? Berikut ini fakta-faktanya:
- Perangkat ini menggunakan sensor dan pembelajaran mesin untuk mendeteksi gerakan pasien yang berisiko.
- Lebih dari 50 orang yang selamat dari stroke berpartisipasi dalam studi keamanan gerakan ini.
- Sistem ini memberi peringatan kepada pasien tentang gerakan yang berpotensi berbahaya selama rehabilitasi.
Teknologi baru ini bisa mengubah cara rehabilitasi dilakukan dengan membuatnya lebih aman dan lebih personal.
Tim tersebut, dipimpin oleh asisten profesor Gustavo Balbinot dari lab Neurorehabilitasi Gerakan dan Perbaikan Saraf SFU, merancang sensor yang dapat dipakai yang memantau bagaimana pasien bergerak selama melakukan tugas sehari-hari seperti bangun dari kursi atau berjalan mengelilingi rintangan.
Perangkat kecil ini mengumpulkan data detail tentang gerakan dan menggunakan pembelajaran mesin untuk mencari pola yang mungkin dapat mengarah ke jatuh yang berbahaya.
“Rehabilitasi itu semua tentang gerakan, jadi kami ingin pasien bergerak. Dan dengan bergerak, pasien dapat mengembalikan gerakan yang hilang,” kata Balbinot, dalam sebuah siaran pers oleh SFU. “Tapi kami ingin mereka bergerak dengan aman, jadi pentingnya penelitian ini adalah sekarang kami dapat benar-benar memahami gerakan dalam hal keamanan selama rehabilitasi.”
Lebih dari 50 penyintas stroke kronis berpartisipasi dalam penelitian yang dipublikasikan di Clinical Rehabilitation. Gerakan mereka direkam menggunakan sensor yang dapat dikenakan, yang mengirim data ke perangkat lunak yang dikembangkan oleh tim SFU. Perangkat lunak ini menganalisis data dan belajar untuk mendeteksi momen tepat sebelum jatuh.
“Sensor ini dapat mengkuantifikasi karakteristik gerakan orang tersebut, dan dengan pembelajaran mesin kita dapat mengidentifikasi pola gerakan pasien tersebut,” jelas Balbinot.
“Perangkat lunak ini dapat mempelajari pola gerakan ketika seseorang hampir jatuh dan untuk kejadian berikutnya, teknologi ini dapat memperingatkan pasien, ‘ini adalah gerakan yang sangat menantang yang sedang Anda lakukan saat ini, berhati-hatilah, perhatikan langkah Anda, dan bergeraklah dengan aman’.”
SFU saat ini diberi peringkat sebagai universitas teratas B.C. untuk kecerdasan buatan, dengan lebih dari 100 peneliti dari delapan fakultas yang bekerja pada proyek AI. Pekerjaan Balbinot menggabungkan ilmu medis, teknik, dan AI untuk mendukung keselamatan pasien dalam pengaturan dunia nyata.
“Peralatan yang bisa dipakai sangat penting dalam hal ini,” tambahnya. “Mereka benar-benar bisa membawa laboratorium ke dalam kehidupan sehari-hari orang.”
Di masa mendatang, tim berharap sensor-sensor ini dapat dibangun langsung ke dalam pakaian sehari-hari, memberikan dukungan sepanjang waktu bagi mereka yang sedang pulih dari cedera serius.
Berikan komentar
Batal